BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Maksud dan Tujuan
Jalan raya adalah suatu lintasan
yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat lainnya.
Lintasan menyangkut jalur tanah yang diperkuat (diperkeras) dan jalur tanah
tanpa perkerasan. Lalu lintas menyangkut semua benda dan makhluk yang melewati
jalan tersebut, baik kendaraan ataupun kendaraan tak bermotor seperti sepeda
maupun manusia (Djamal Abdat, 1981).
Jalan raya
yang dimaksud adalah termasuk jalan biasa, dibangun dengan
syarat-syarat tertentu hingga dapat dilalui oleh kendaraan (lalu lintas). Lalu
lintas yang dimaksud di sini adalah kendaraan yang menggunakan roda dan
berkecepatan tinggi.
Syarat-syarat yang diperlukan
oleh jalan raya terutama adalah:
- Permukaan yang rata dengan maksud agar lalu lintas dapat berjalan dengan lancar;
- Mampu memikul berat kendaraan beserta beban yang ada di atasnya;
- Dapat dilalui dengan kecepatan tinggi, hingga jalan tidak tergusur, berserakan dan sebagainya.
Pada dasarnya, perencanaan konstruksi jalan raya terdiri dari beberapa
bagian besar. Bagian-bagian tersebut adalah Perencanaan Geometrik Jalan,
Perencanaan Perkerasan (Material) Jalan dan Perencanaan dalam Pembangunan serta
Administrasinya.
a. Perencanaan
Geometrik Jalan terdiri dari ukuran-ukuran jalan serta bentuk-bentuk lintasan
yang diperlukan. Ukuran-ukuran tersebut mencakup lebar bagian-bagian jalan dan
fasilitasnya yang dikaitkan dengan kendaraan dan kelincahan geraknya, tinggi mata pengemudi, rintangan
dan sebagainya. Bentuk permukaan dan lintasan dikaitkan dengan keamanan jalan
dan lalu lintas. Oleh karena jalan tidak mungkin dibangun lurus dan horizontal,
maka akan ada perubahan-perubahan mendatar (tikungan) maupun vertikal (tanjakan).
Dan bagi keamanan konstruksi jalan, maka pada dasarnya permukaan jalan dibuat
sedemikian rupa agar air tidak mudah meresap ke badan jalan;
b. Perencanaan
Perkerasan/Material Jalan
Perkerasan
adalah lapisan jalan di atas permukaan tanah yang diperlukan untuk memenuhi
syarat-syarat utama jalan yaitu permukaan jalan yang mampu memikul berat
kendaraan dan dapat dilalui dengan kecepatan tinggi. Perkerasan ini dibuat dari
material-material alam. Pada dasarnya peranan material yang digunakan tersebut
juga memerlukan pengetahuan tersendiri,
kadang kala jenis/susunan material perkerasan yang digunakan tidak sama untuk
semua jenis jalan dan pada lokasi yang tidak sama;
c. Perencanaan Pembangunan dan Administrasi
Jalan Raya
Pelaksanaan pembangunan jalan
sangat memerlukan keterampilan tersendiri sesuai dengan jenis jalan dan
kemudahan yang ada, baik dari segi material, tenaga (ahli), peralatan dan waktu
sehingga dalam semua proses tersebut diperlukan suatu administrasi tersendiri.
Akhirnya sebagai sarana transportasi jalan raya juga
merupakan sarana pembangunan dan membantu pengembangan pembangunan wilayah yang
penting, maka lalu lintas di atas jalan raya harus bergerak dengan lancar dan
aman sehingga pengangkutan berjalan
dengan cepat, aman, nyaman, tepat, efisien dan ekonomis. Untuk jalan raya harus
memenuhi syarat-syarat teknis dan ekonomis menurut fungsinya dan volume serta
sifat-sifat lalu lintas.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Ruang Lingkup Tugas yang Dilakukan
Dalam tugas rencana ini, perhitungan dilakukan terdiri
dari beberapa tinjauan. Peninjauan ini meliputi penentuan lintasan, alinyemen
horizontal dan vertikal, volume galian dan timbunan serta tebal perkerasan.
2.1.1 Trase
Rencana/Penentuan Lintasan
Berdasarkan peta topografi yang disediakan, di mana titik
asal (origin) dan tujuan (destination) telah ditentukan, dilakukan pencarian
lintasan.
Langkah awal
adalah memperhatikan situasi medan, kontur tersebut terus ditelusuri untuk
mencari lintasan yang sesuai dengan PPGJR (Peraturan Perencanaan Geometrik
Jalan Raya) No. 13 Tahun 1970 serta ketentuan-ketentuan lain yang diberlakukan
dalam tugas perencanaan ini.
2.1.2 Merencanakan
Alinyemen Horizontal
Perencanaan alinyemen horizontal merupakan perencanaan
tikungan lengkap dengan komponen-komponennya. Bentuk tikungan dalam perencanaan
ini meliputi Spiral-Circle-Spiral (S-C-S) dan lingkaran penuh (Full Circle).
2.1.3 Merencanakan
Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal merupakan lintasan jalan, pada
lintasan ini terlihat lengkung vertikal dan besarnya tanjakan serta dalamnya
galian dan timbunan.
Perencanaan alinyemen vertikal ini didasarkan pada beberapa syarat, yaitu
syarat keamanan, kenyamanan, dan drainase untuk masing-masing kelandaian yang
ada.
2.2 Gambaran
Umum Perencanaan Jalan
Dalam merencanakan
suatu jalan raya diinginkan pekerjaan yang relatif mudah dengan menghindari
pekerjaan galian (cut) dan timbunan (fill) yang besar. Di lain pihak
kendaraan yang beroperasi di jalan raya menginginkan jalan yang relatif lurus,
tidak ada tanjakan atau turunan. Keinginan ini sangat sulit kita jumpai,
keadaan permukaan bumi relatif tidak datar, yang banyak kita jumpai adalah
bukit, lembah, sungai dan kesukaran-kesukaran medan lainnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perencanaan geometrik jalan raya adalah :
Faktor-faktor yang mempengaruhi suatu perencanaan geometrik jalan raya adalah :
-
Kelas Jalan
-
Kecepatan Rencana
-
Standar Perencanaan
-
Penampang Melintang
-
Volume Lalu Lintas
-
Keadaan Topografi
-
Alinyemen
Horizontal
-
Alinyemen Vertikal
-
Bentuk Tikungan
2.2.1 Kelas Jalan
Jalan dibagi
dalam kelas-kelas yang penempatannya didasarkan pada fungsinya juga
dipertimbangkan pada besarnya volume serta sifat lalu lintas yang diharapkan
akan menggunakan jalan yang bersangkutan. Klasifikasi jalan diperlihatkan pada
Tabel 2.1.
2.2.2 Volume Lalu
lintas
Volume lalu
lintas dinyatakan dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP) yang besarnya menunjukkan
jumlah lalu lintas harian rata-rata (LHR) untuk kedua jurusan.
Dalam
penelitian lapangan terhadap jalan yang akan mempermudah dalam perencanaan
jalan raya, volume lalu lintas harian rata-rata dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Berdasarkan Volume Lalu
Lintas
Klasifikasi Jalan
|
Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
dalam SMP
|
|
Fungsi
|
Kelas
|
|
Utama
|
I
II A
II B
II C
|
> 20.000
6.000 – 20.000
1.500 – 8.000
< 20.000
|
Penghubung
|
III
|
-
|
2.2.3 Kecepatan
Rencana
Kecepatan
rencana adalah kecepatan maksimum yang diizinkan pada jalan yang akan
direncanakan sehingga tidak menimbulkan bahaya bagi pemakai jalan tersebut.
Dalam hal ini kecepatan rencana harus disesuaikan dengan tipe jalan yang
direncanakan.
2.2.4 Keadaan
Topografi
Untuk
memperkecil biaya pembangunan, maka suatu standar perlu disesuaikan dengan
keadaan topografi. Dalam hal ini jenis medan dibagi dalam tiga golongan umum
yang dibedakan menurut besarnya lereng melintang dalam arah kurang lebih tegak
lurus sumbu jalan.
Peta Topografi |
Tabel 2.2 Besarnya Lereng Melintang Berdasarkan Golongan
Medan
Golongan Medan
|
Lereng Melintang
|
Datar (D)
Perbukitan (B)
Pegunungan (G)
|
0 – 9,9 %
10 – 24,9 %
> 25 %
|
Adapun
pengaruh keadaan medan terhadap perencanaan
suatu jalan raya meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Tikungan
Jari-jari
tikungan pada perlebaran perkerasan diambil sedemikian rupa sehingga terjamin
keamanan dan kenyamanan jalannya kendaraan dan pandangan bebas harus cukup
luas.
b. Tanjakan
Adanya
tanjakan yang cukup curam dan mengurangi kecepatan kendaraan, dan kalau tenaga
tariknya tidak cukup, maka berat muatan kendaraan harus dikurangi yang berarti
mengurangi kapasitas angkut dan sangat merugikan. Karena itu dalam perencanaan
diusahakan agar tanjakan dibuat dengan kelandaian sekecil mungkin.
2.2.5 Kriteria
Perencanaan
Dalam suatu
perencanaan jalan raya, diperlukan suatu standar perencanaan geometrik jalan tersebut. Jalan
yang direncanakan termasuk dalam jalan kelas III dengan data-data sebagai
berikut:
a.
Klasifikasi Jalan :
Kelas III
b.
Kecepatan Rencana :
60 km/ jam
c.
Lebar Perkerasan :
2 x 3,75 m
d.
Lebar Bahu Jalan :
2 x 1,5 m
e.
Kemiringan
melintang perkerasan :
2 %
f.
Kemiringan
melintang bahu jalan :
4 %
g.
Miring longitudinal
(memanjang) maksimum : 10 %
h.
Superelevasi
maksimum (e max) :
10 %
i.
Kemiringan talud :
1 : 2
2.3 Alinyemen
Horizontal
Alinyemen
horizontal adalah garis proyeksi sumbu jalan yang tegak lurus pada bidang peta.
Alinyemen horizontal merupakan trase jalan yang terdiri dari garis lurus yang
berpotongan. Bagian perpotongannya dibuat garis lengkung yang disebut tikungan.
Bagian yang
sangat kritis pada alinyemen horizontal adalah bagian tikungan, di mana
terdapat gaya yang akan melemparkan kendaraan keluar daerah tikungan yang
disebut gaya sentrifugal. Atas dasar itu maka perencanaan tikungan diusahakan
agar dapat memberikan keamanan dan kenyamanan, sehingga perlu dipertimbangkan
hal-hal berikut:
a. Jari-jari lengkung minimum
setiap kecepatan rencana harus diikuti oleh miring miring maksimum dan
koefisien gesekan melintang maksimum yang ada;
b. Lengkung peralihan adalah
lengkung pada tikungan yang dipergunakan untuk mengadakan peralihan dari bagian
lurus ke bagian lengkung atau sebaliknya. Panjang minimum lengkung peralihan
umumnya ditentukan oleh jarak yang diperlukan untuk perubahan miring tikungan
yang tergantung pada besar landai relatif antara permukaan kedua sisi
perkerasan dan bekerjanya gaya sentrifugal;
c. Pelebaran perkerasan pada
tikungan sangat tergantung pada : jari-jari tikungan (R) dan kecepatan rencana
(Vr);
d. Pandangan bebas pada tikungan
2.4 Alinyemen
Vertikal (Profil Memanjang)
Alinyemen
vertikal adalah proyeksi lintasan jalan pada bidang tegak yang melalui sumbu
jalan atau tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan naik turunnya
permukaan jalan, sekaligus memperlihatkan tinggi rendahnya jalan terhadap muka
tanah asli. Hal itu juga memberikan gambaran terhadap kemampuan kendaraan dalam
keadaan naik dan bermuatan penuh (di mana truk digunakan sebagai kendaraan
standar). Alinyemen vertikal sangat erat hubungannya dengan besar biaya
pembangunan dan biaya penggunaan jalan. Landai maksimum yang dipakai pada
perencanaan ini adalah sebesar 10%.
2.5 Penampang
Melintang
Penampang
melintang jalan adalah perpotongan suatu jalan tegak lurus sumbu jalan, yang
menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan dalam arah melintang.
Penampang
melintang jalan yang digunakan harus sesuai dengan kelas jalan dan kebutuhan
lalu lintas yang dilayaninya.
a. Lebar Perkerasan
Pada umumnya lebar perkerasan ditentukan
berdasarkan lebar jalur lalu lintas normal yang besarnya adalah 3,75 meter
sebagaimana tercantum dalam daftar I PPGJR, kecuali:
-
Jalan penghubung dan jalan kelas II C =
3,00 m
-
Jalan lalu lintas padat =
3,50 m
- Jalan Utama =
3,75 m
b. Lebar Bahu
Untuk jalan
kelas III lebar bahu jalan (berm/shoulder) minimum adalah 1,50 m – 2,50 m untuk
semua jenis medan.
c. Drainase
Drainase
merupakan bagian yang sangat penting pada suatu jalan, seperti saluran tepi,
saluran melintang dan lain-lain, harus direncanakan berdasarkan data hidrologis
setempat seperti intensitas hujan, lamanya frekuensi hujan serta sifat daerah
aliran. Drainase ini harus dapat membebaskan konstruksi akibat pengaruh air.
d. Kebebasan pada jalan raya
Kebebasan
yang dimaksud adalah keleluasaan pengemudi di jalan raya dengan tidak
menghadapi rintangan. Lebar kebebasan ini merupakan bagian kiri-kanan jalan
yang merupakan bagian dari jalan.
Selengkapnya bisahubungi kami di alamat email terkait.
0 Comments